Namanya anak-anak… semuanya harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Contohnya aja kalau mau bepergian. Apalagi, kalau si anak tidak bisa bersahabat sama kendaraan roda empat. Alias gampang mabuk. Kedua anak saya, Alam dan Faiz memang gampang mabuk kalau naik mobil. Sangat sangat merepotkan. Harus sedia antimo anak, bawa baju ganti, lap, minyak kayu putih buat pijit-pijit, dan yang ga boleh ketinggalan… plastik kresek.. Kalau bisa warna hitam, supaya tidak memberikan penampakan yang kurang sedap J. Apabila persiapan sudah oke… barulah kita berangkat… naik mobil… Brum…
Naa… acara cabut gigi susu anak juga sama repotnya. Apalagi jika mamanya punya paranoid sendiri sama dokter gigi. Tadinya sih biar si anak ditemani sama ayahnya saja. Gak taunya si ayah juga paranoid. Jadilah kita beramai-ramai ke dokter gigi… biar adil… hehehe…
Ini kisah saya dan Alam waktu mau cabut gigi:
Untuk menyiapkan mental Alam (juga mamanya… J), jauh-jauh hari sebelum ke dokter gigi, saya sudah menanamkan pengetahuan mengenai gigi susu yang memang akan tanggal (copot) lalu akan tumbuh gigi baru. Kebetulan gigi tetap Alam yang bagian depan atas, sudah mau tumbuh, sehingga mendorong gigi susunya. Sehingga gigi susunya itu goyah. Supaya pertumbuhan gigi tetapnya itu tidak terganggu, sebaiknya si gigi susu memang harus segera dicabut. Kebetulan juga… gigi geraham saya sepertinya harus dicabut, karena sudah sangat bolong, dan (tentu saja) sakiiiittt… L
Dengan alasan saya juga mau cabut gigi, Alam saya ajak ke dokter gigi. Berikut adiknya, juga si ayah. Biar tambah semangat. Kesannya mau jalan-jalan tamasya… hehehe…
Sesampainya di ruang tunggu dokter, hati saya mulai kebat kebit ketakutan. Tapi saya pura-pura biasa saja, supaya Alam juga tidak takut. Saat di panggil ke ruangan dokter… rasa takut itu makin jadi. Tapi Alam tidak takut. Makanya bangga juga. Setelah berkenalan dengan si dokter gigi, tibalah saatnya. Untuk memberikan contoh dan semangat kepada Alam, maka dengan pasrah, saya menawarkan diri jadi ‘korban’ yang pertama. Padahal ketakutan saya sudah setengah mati… hehehe… Untung dokternya sangat bersahabat, dan membuat suasana sangat nyaman.
Pada saat gusi mau disuntik, Alam dan Faiz dengan bergairah langsung mendekat dan melihat mamanya sedang disuntik… Berani juga mereka ya..? Begitu juga pada saat mau dicabut.. Mereka juga melihat gigi yang sudah dicabut… melihat darah… dan… banyak bertanya…
Alhamdulillah, pencabutan gigi saya berjalan lancar. Ompong deh…
Tiba giliran Alam. Mulanya tanpa disuruh dia mau aja duduk di kursi periksa. Tapi setelah dokter berkata, giginya akan dicabut, mulailah dia gelisah. Untung dokternya bener-bener ahli, dia bisa mengatasi suasana. Dengan gaya bercanda tapi sibuk sendiri ke sana kemari menyiapkan alat2, karena memang gak ada yang perawat yang membantu. Dokter memberikan 2 pilihan cara pencabutan. Yang pertama pake es, yang kedua disuntik dulu baru dicabut. Tentu aja pilihan kedua Alam gak mau, setelah melihat apa yang terjadi dengan mamanya. Jadinya, pilihan pertama yang menang.
Agak sulit juga membujuk Alam untuk membuka mulutnya. Dia mulai menangis, takut. Tapi setelah diiming-imingi abis cabut gigi kita makan es krim, barulah dia mau membuka mulutnya. Itu juga masih sambil menangis Melihat alam masih taku-takut, saya serahkan Faiz, yang saya gendong2, ke ayahnya, dan Alam dalam pelukan saya. Setelah Alam agak tenang, dengan cepat, si dokter yang sangat sangat ahli itu melaksanakan tugasnya.
Apa yang dimaksud dokter dengan menggunakan es itu adalah, menempelkan 2 buah kapas yang sudah diberi alkohol di gusi luar dan gusi dalam di antara gigi susu yang akan dicabut. Saya sampai tertawa J. Karena saya kira benar-benar menggunakan es batu… Sedetik kemudian, tanggallah gigi susu Alam. Dan menangis kencanglah dia. Kesakitan tentunya. Tapi Cuma sebentar… Memang anak kebanggaan…
Begitulah…
Setelah selesai dengan urusan gigi itu, kami pesta pora makan es krim… !!!!
Sekarang, yang jadi kepikiran.. gigi yang mana lagi yang harus dicabut untuk alasan temeni anak-anak untuk cabut gigi-gigi susunya…?!?!?! Waaa…. Pantesan nenek-nenek dan kakek-kakek pada ompong giginya… J